SUARAREPUBLIK.ID
Jakarta - Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia, Phillip Taula, melakukan kunjungan silaturahmi dan pertemuan kerja ke Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta Pusat, Rabu (5/11/2025).
Kunjungan tersebut bertujuan untuk memperkenalkan diri karena Taula baru ditugaskan sebagai dubes pada pertengahan 2025 lalu sekaligus menjajaki peluang kerja sama di berbagai bidang antara pemerintah Selandia Baru dengan PBNU. Rombongan Dubes Taula diterima langsung oleh Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), di Lantai 3 Gedung PBNU. Turut mendampingi Gus Yahya adalah Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla dan Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, Safira ‘Rosa’ Machrusah.
Dalam pertemuannya, Phillip Taula menyampaikan apresiasinya atas sambutan hangat dari PBNU. Ia mengungkapkan keinginannya untuk mendiskusikan potensi penguatan hubungan kerja sama dengan memanfaatkan keberadaan Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU di Canberra, Australia, yang wilayah kerjanya juga mencakup Selandia Baru. “Kami sangat berterima kasih kepada Ketua Umum PBNU untuk waktu bertemu dan diskusi membahas apa potensi untuk mempererat hubungan antara Selandia Baru dan NU,” ujar Dubes Taula. “Jadi, kami bicara dengannya potensi apa yang bisa untuk melakukan kegiatan atau kerja sama antara Selandia Baru dan NU,” sambungnya. Dubes Taula juga menyoroti peran Asia New Zealand Foundation yang turut dibahas dalam pertemuan. “Saya pikir Asia New Zealand Foundation tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan di Selandia Baru mengenai Asia khususnya negara seperti Indonesia, salah satu negara yang terbesar di dunia dan yang terbesar di Asia Tenggara,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Taula juga berbagi kenangannya dengan Indonesia, mengungkapkan bahwa dirinya bukanlah orang asing di Tanah Air. “Saya sangat senang. Sebenarnya saya pernah ke sini tahun 1999 saat zaman Gus Dur saat itu saya menjadi staf di Kedubes Selandia Baru dan mendapat kesempatan mendampingi bos saya bertemu dengan Gus Dur sebelum menjadi Presiden RI,” kenangnya. Dari sisi PBNU, Wasekjen Safira ‘Rosa’ Machrusah memaparkan beberapa poin penting dari pertemuan tersebut. Ia menyatakan bahwa kunjungan ini awalnya bertujuan untuk memperkenalkan diri Dubes Taula yang baru bertugas. “Akan tetapi, sebagai diplomat dia sudah pernah di sini, ditempatkan di Indonesia sekitar tahun 2002,” tambah Rosa. Lebih lanjut, Rosa menjelaskan bahwa pihak Selandia Baru menyampaikan minatnya untuk menjalin kerja sama dalam berbagai bidang. “Yang kedua, dia ingin terjalin kerja sama dalam berbagai bidang, terutama juga dalam soal pendidikan. Namun, bukan hanya pendidikan saja karena New Zealand ini kan sudah maju negaranya secara ekonomi. Kalau ada kemungkinan-kemungkinan yang bisa dikerjasamakan dalam bidang kesehatan itu juga bisa dilakukan,” urainya. PBNU pun menawarkan potensi kerja sama lain, termasuk dalam bidang kemanusiaan. Rosa menyebutkan bahwa Gus Yahya menyampaikan tentang peran PBNU dalam isu-isu kemanusiaan, salah satunya melalui penyelenggaraan konferensi R20 (Religion of Twenty) pada tahun 2022. “Gus Yahya sekali lagi juga menyampaikan salah satu yang dilakukan oleh PBNU itu soal Humanitarian. Lalu di situ di-share semua isu-isu yang berkaitan dengan agama dan bagaimana itu bisa menyatukan dan mengonsolidasikan hingga semua sampai pada tahap perdamaian. New Zealand mungkin akan tertarik dengan itu,” pungkas Rosa. Pertemuan ini ditutup dengan kesan yang sangat positif dari kedua belah pihak. Rosa menegaskan bahwa New Zealand menunjukkan kesiapan untuk bekerja sama dengan PBNU dalam berbagai bidang.


